Terbentuknya Saka Wirakartika
TNI AD melakukan kerja sama pembinaan serta
pengembangan pendidikan bela negara dan kepramukaan dengan Kwartir Nasional
(Kwarnas) Gerakan Pramuka. Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal
Djoko Santoso dan Ketua Kwarnas Azwar Anas menandatangani naskah kerja sama di
Kodam Jaya, Jakarta, Minggu (28/10).
Menurut KASAD, TNI AD membentuk “Saka Wira Kartika”
sebagai wadah gerakan pramuka di jajarannya. Pasalnya, hampir satu dasawarsa
ini harus diakui keikutsertaan AD secara langsung dalam membina pramuka belum
mengemuka.
Pembentukan ini juga menindaklanjuti pencanangan oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang revitalisasi gerakan pramuka
Indonesia. “TNI AD mengambil peran dalam rangka pembinaan generasi muda melalui
gerakan pramuka agar menjadi generasi muda berkarakter dan siap menjadi
kader-kader pemimpin bangsa,” ujar KASAD.
Untuk tahap awal, koordinasi dengan kwartir masih
sebatas tingkat kabupaten (Komando Distrik Militer/Kodim). Ke depan akan
dikembangkan setingkat kecamatan, bahkan kelurahan dan desa. Dengan langkah
ini, TNI AD mengkonkritkan kembali perannya sebagai kekuatan pertahanan negara,
sekaligus kekuatan moral dan kekuatan kultural bangsa.
Untuk mengefektifkan pembinaan kepramukaan, KASAD
menjelaskan, akan memerintahkan komandan satuan di jajaran TNI AD membentuk dan
membangun gugus depan teritorial. Saat ini, telah ada 115 gugus depan yang
dibantu TNI AD. “Gugus depan satuan tersebut akan membantu personel, materiil,
moril, organisatoris, fasilitas, dan peralatan untuk membantu gerakan pramuka,”
ucap KASAD. Secara konkret hal ini akan dibicarakan dalam rapat koordinasi
teknis (rakornis) Asisten Teritorial KASAD dan para Danrem, Selasa (30/10)
mendatang.
Rapat tersebut, sekaligus memberi pembekalan dan
orientasi pramuka, sehingga komandan satuan memahami benar tentang kepramukaan.
KASAD membantah langkah ini sebagai upaya penambahan kekuatan TNI AD. Katanya,
hal ini semata-mata untuk membangun kualitas sumber daya manusia dan
meningkatkan semangat kebangsaan sejak dini. “Sama sekali bukan upaya
penambahan kekuatan angkatan darat. Kalau orang mempunyai nasionalisme dan bela
negara yang tinggi otomatis akan memperkuat pertahanan negara. Itu modal yang
sangat strategis dalam pertahanan,” ujar KASAD.
Saka Wira Kartika baru berupa saka rintisan yang mulai
dilaksanakan pada akhir tahun 2007. Pembentukannya berdasarkan Peraturan
Bersama Kepala Staf Angkatan Darat dengan Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka nomor
182/X/2007 dan 199 tahun 2007 tanggal 28 Oktober 2007 tentang kerjasama dalam
usaha pembina dan pengembangan pendidikan bela negara dan kepramukaan.
Pengorganisasian Saka binaan TNI-AD ini, tidaklah jauh
berbeda dengan Satuan Karya pada umumnya. Namun Demikian Saka Wira Kartika ini
memiliki Program Pendidikan yang dibentuk dalam Satuan Krida antara Lain :
1. Krida
Survival
2. Krida
Pioneer
3. Krida
Mountainering
4. Krida
Navigasi Darat
5. Krida
Bintal Juang
ImageTiap Krida memiliki Spesifikasi materi pendidikan
yang berbeda dengan krida lainnya.
Sudah barang tentu, di wilayah lainnya akan segera
menyusul pembentukan Saka Wira Kartika. Generasi ini membutuhkan pendidikan dan
latihan dalam upaya menghadapi tantangan ke depan, berpacu dengan kemajuan
jaman dan tehnologi yang ternyata juga memiliki dampak dan pengaruh negatif
KRIDA
PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
SAR
Sejarah
SAR Nasional
Lahirnya
organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali dengan
adanya penyebutan ?Black Area? bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi
SAR
Dengan berbekal
kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota organisasi
penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation Organization).
Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan
pelayaran yang terjadi di Indonesia.
Sebagai
konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka
pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan
Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas
pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta
anggaran pembiayaan dan materil.
Sebagai
negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota International
Maritime Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan
IMO tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai
negara yang besar dan dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsa
Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu menangani
musibah penerbangan dan pelayaran.
Dari
pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu
diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala
kegiatan-kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas
SAR tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.
Hasil
survey akhirnya dituangkan pada ?Preliminary Recommendation? yang berisi
saran-saran yang perlu ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mewujudkan
suatu organisasi SAR di Indonesia.
Berdasarkan
hasil survey tersebut ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1972 tanggal
28 Februari 1972 tentang pembentukan Badan SAR Indonesia (BASARI). Adapun
susunan organisasi BASARI terdiri dari :
1. Unsur
Pimpinan
2. Pusat
SAR Nasional (Pusarnas)
3.
Pusat-pusat Koordinasi Rescue (PKR)
4.
Sub-sub Koordinasi Rescue (SKR)
5.
Unsur-unsur SAR
TUGAS,
FUNGSI DAN SASARAN BASARNAS
A. TUGAS
POKOK
Dalam
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43Tahun 2005 Tentang Organisasi dan tata
kerja Departemen Perhubungan, Badan SAR Nasional mempunyai tugas pokok
melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi Search and
Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau
dikhawatirkan hilang, atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan,
serta memberikan bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya
sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.
B.
FUNGSI
Dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Badan SAR Nasional menyelenggarakan
fungsi :
1. Perumusan
kebijakan teknis di bidang pembinaan potensi SAR dan pembinaan operasi SAR;
2.
Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan operasi SAR;
3.
Pelaksanaan tindak awal;
4.
Pemberian bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya;
5.
Koordinasi dan pengendalian operasi SAR alas potensi SAR yang dimiliki oleh
instansi dan organisasi lain;
6.
Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR balk di dalam maupun luar
negeri;
7.
Evaluasi pelaksanaan pembinaan potensi SAR dan operasi SAR
8.
Pelaksanaan administrasi di lingkungan Badan SAR Nasional.
PERALATAN
SAR
Peralatan
SAR adalah merupakan bagian penting bagi res cuer ketika melaksanakan
pertolongan terhadap korban musibah dilapangan, sehingga dengan dukungan
peralatan yang memadai akan membantu proses pertolongan dan selanjutnya akan
meningkatkan prosentasi keberhasilan operasi.
Peralatan
SAR ini diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu:
1.
Peralatan perorangan
Terdiri
atas Peralatan pokok perorangan dan Peralatan pendukung perorangan;
2.
Peralatan beregu.
Terdiri
atas Peralatan pokok beregu dan Peralatan pendukung beregu;
PERALATAN
KOMUNIKASI
Salah
satu komponen pfasilitas SAR yang memegang kunci peranan penting dalam
pelaksanaan kegiatan SAR adalah Sistem Komunikasi SAR. Sistem komunikasi ini tidak
lepas dari semua jenis peralatan komunikasi yang digunakan sebagai sarana
pertukaran informasi balk berupa voice maupun data dalam kegiatan SAR. Sistem
komunikasi yang digelar mempunyai fungsi:
1.
Jaringan Penginderaan Dini
Komunikasi
sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap musibah pelayaran
dan/atau penerbangan dan/ atau bencana dan/ atau musibah lainnya dapat
dideteksi sedini mungkin, supaya usaha pencarian, pertolongan dan penyelamatan
dapat dilaksanakan dengan cepat. Oleh karena itu setiap informasi/musibah yang
diterima harus mempunyai kemampuan dalam hal kecepatan, kebenaran dan
aktualitasnya. Implementasi sistem komunikasi harus mengacu path peraturan
internasional yaitu peraturan IMO untuk memonitor musibah pelayaran dan peraturan
ICAO untuk memonitor musibah penerbangan.
2.
Jaring Koordinasi
Komunikasi
sebagai sarana koordinasi, dimaksudkan untuk dapat berkoordinasi dalam
mendukung kegiatan operasi SAR baik internal antara Kantor Pusat BASARNAS
dengan Kantor SAR dan antar Kantor SAR, dan eksternal dengan instansi/
organisasi berpotensi SAR dan RCCs negara tetangga secara cepat dan tepat.
3.
Jaring Komando dan Pengendalian
Komunikasi
sebagai sarana komando dan pengendalian, dimaksudkan untuk mengendalikan
unsur-unsur yang terlibat dalam operasi SAR.
4.
Jaring Pembinaan, Administrasi dan Logistik
Jaring
ini digunakan oleh BASARNAS untuk pembinaan Kantor SAR dalam pelaksanaan
pembinaan dan administrasi perkantoran.
PENYELAMATAN
KORBAN TENGGELAM
Kasus
tenggelam cukup sering ditemukan, baik tenggelam dalam air tawar maupun air
laut. Kasus tenggelam sering terjadi pada anak kecil, atau orang dewasa.
Sebagai orang awam yang ingin menolong seseorang yang tenggelam, kami
memberikan tips sebagai berikut :
1.
Pastikan diri anda mempunyai kemampuan untuk menolong, bila tidak yakin dengan
kemampuan diri sendiri sebaiknya carilah bantuan." Lebih baik kehilangan
satu orang daripada kehilangan dua orang", maksudnya " Jangan
menambah korban lebih banyak".
2.
Segera menginformasikan kepada orang disekitar untuk mencari bantuan lanjutan.
3.
Pelajari situasi dan kondisi disekitar korban.
4. Cari
alat bantu untuk menyelamatkan korban, contoh : pelampung, ranting/kayu, tali
dan sebagainya
5. Tahap
berikutnya adalah tahap penyelamatan korban tanpa menggunakan alat bantu.Dalam
tahap ini dapat dilakukan langkah - langkah sebagai berikut :
a.
Terjun ke air dengan mata tetap memandang posisi korban
b.
Dekati korban sesuai dengan jarak tertentu dan mengajak berkomunikasi, untuk
kasus korban yang masih sadar.
6.
Membawa korban ke darat dan letakkan ditempat yang aman.
7.
Mengecek kesadaran korban dengan cara mengoyang - goyangkan tubuh korban sambil
menegur korban.
8.
Selanjutnya dilakukan pertolongan dengan suatu rumusan sederhana yang mudah
diingat yaitu ABC. Hal ini diartikan sebagai :
a. A =
Airway ( Jalan nafas )
b. B =
Breathing ( Bernafas )
c. C =
Circulation ( Sirkulasi, Peredaran Darah yakni jantung dan pembuluh darah )
PMK
Sejarah
Pemadam Kebakaran
Pemadam
Kebakaran Dibentuk Pada Zaman Romawi
Pada
hakekatnya manusia sangat membutuhkan api dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan terhadap api itu tak bisa dihindari, karena manusia memerlukan
penerangan ketika datang kegelapan malam. Begitu juga api diperlukan manusia
sebagai alat untuk menghangatkan badan dari cuaca dingin, dan alat perlindungan
dari binatang buas. Dan tentunya manusia menghadapi masalah sebelum mampu
menciptakan api. Seolah-olah unsur panas yang dilihat dan dirasakan manusia
pada waktu itu sebagai akibat letusan gunung berapi atau sambaran petir.
Keadaan ini mendorong manusia untuk berpikir agar dapat mengontrol api,
sehingga api dapat bermanfaat bagi kehidupannya.
Dalam
perkembangan selanjutnya, penggunaan api di masa itu memberi pengaruh dalam
mengakhiri masa nomaden. Hal ini juga berdampak terhadap perkembangan sosial
dan politik seiring dengan perkembangnya pemukiman penduduk yang menetap. Akan
tetapi, api yang sudah diketahui dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetap
dipandang sebagai elemen suci dan hebat. Banyak mitologi yang menganalogikan
api menjadi sifat atau karakter manusia.
Adapun
satuan jaga tersebut merupakan organisasi (pemadam kebakaran) yang pertama.
Dibentuknya satuan ini bertujuan untuk melindungi manusia terhadap bahaya
kebakaran. Tugas utama mereka adalah melakukan patroli dan pengawasan pada
malam hari (dilakukan oleh Nocturnes). Dalam perkembangan selanjutnya, setiap
anggota pasukan mempunyai tugas khusus bila terjadi kebakaran. Contohnya,
beberapa anggota (aquarii) membawa air dalam ember ke lokasi kebakaran.
Kemudian, dibangun pipa air (aquaducts) untuk membawa air ke seluruh kota, dan
pompa tangan dikembangkan guna membantu penyemprotan air ke api. Siponarii
adalah sebutan bagi pengawas pompa, dan komandan pemadam kebakaran dinamakan
Praefectus Vigilum yang memikul seluruh tanggung jawab Satuan Siaga.
Marco
Polo mencatat tentang tata negara belahan timur pada abad 13, yakni pasukan
rakyat dari pasukan pengawas dan pasukan kebakaran yang mempunyai tugas
pencegahan kebakaran telah terbentuk di Hangchow. Mereka dalam melaksanakan
tugasnya dapat mengerahkan satu sampai dua ribu orang untuk memadamkan api.
Ribuan pasukan itu dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 10 orang, 5 orang
berjaga pada siang, dan selebihnya berjaga pada malam hari.
Peraturan
Tentang Proteksi Kebakaran
Ketika
kerjaan Romawi jatuh, sangat sedikit dan hampir tidak ada usaha untuk membentuk
organisasi yang melindungi dan mengontrol kebakaran. Hal ini berlangsung dalam
waktu yang cukup lama. Ketika itu hanya ada peraturan tentang proteksi
kebakaran yang bernama Curfew (bahasa Perancis: mengatasi kebakaran) yang
mengharuskan rakyat memadamkan api pada jam tertentu di malam hari. Selain
Curfew, peraturan hampir serupa dibuat di Oxford Inggris pada tahun 872.
Pengawas
Kebakaran
Pengawas
kebakaran malam hari dibentuk di kota besar Amerika pada zaman kolonial. Pada
tahun 1654 di Boston, seorang bellman ditugaskan bekerja dari pukul 10 malam
hing-ga pukul 5 pagi. Tiga tahun kemudian, terjadi pembaharuan di New York.
Sipir kebakaran dibantu delapan orang sukarelawan, pengawas kebakaran bertugas
malam hari. Sukarelawan ini disebut sebagai pengawas berderak karena setiap
jaga mereka selalu membunyikan alarm yang bunyinya berderak-derak. Pengawas
kebakaran malam, merupakan lembaga masyarakat sebelum terbentuknya kesatuan
polisi warga yang dibentuk di New York pada tahun 1687. Lembaga ini pertama
kali dibentuk mengingat besarnya kerugian harta benda yang diasuransikan, dan
dipandang sangat penting. Lembaga masyarakat ini mempunyai tugas penting, yaitu
melakukan patroli guna membantu lembaga asuransi yang baru terbentuk agar dapat
diterima masyarakat.
Klasifikasi
Jenis Kebakaran
Kebakaran
di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
1.
Kelas
Kebakaran
yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet,
busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air,
pasir, karung goni yang dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun
api tepung kimia kering.
2.
Kelas
Kebakaran
yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin,
solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman
kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau
racun api tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini karena
berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas sehingga bila
kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana
3.
Kelas
Kebakaran
yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa:
Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu
sumber listrik agar kita aman dalam memadamkan kebakaran.
Prinsip
Pemadaman Kebakaran
Kebakaran
adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena
persenyawaan dari:
1.
Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar
matahari, reaksi kimia dan perubahan kimia.
2. Benda
mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan
sebagainya.
3.
Oksigen (tersedia di udara)
Apabila
ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam pencegahan terjadinya
kebakaran kita harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda mudah terbakar, misalnya
Dilarang Merokok ketika Sedang Melakukan Pengisian Bahan Bakar, Pemasangan
Tanda-Tanda Peringatan, dan sebagainya.
Peralatan
Pencegahan Kebakaran
1. APAR
/ Fire Extinguishers / Racun Api
Peralatan
ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk
jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya,
sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang
mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar
terasa tidak rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2
Kg dengan jumlah satu tabung. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut
ada yang dari bahan kinia kering, foam / busa dan CO2, untuk Halon tidak
diperkenankan dipakai di Indonesia.
2.
Hydran
Ada 3
jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai
namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman
ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa
titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan
air.
3.
Detektor Asap / Smoke Detector
Peralatan
yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang
apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk
pemakaian dalam gedung.
4. Fire
Alarm
Peralatan
yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya
kebakaran pada suatu tempat
5.
Sprinkler
Peralatan
yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara
otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana
ada sprinkler tersebut.
Pencegahan
Kebakaran
Setelah
kita mengetahui pengklasifikasian, prinsip pemadaman dan perlengkapan pemadaman
suatu kebakaran maka kita harus bisa mengelola kesemuanya itu menjadi suatu
sistem manajemen /pengelolaan pencegahan bahaya kebakaran.
Pengetahuan
Dasar DAMKAR
Sebelum
kita dapat melakukan usaha penanggulangan kebakaran, adalah wajar apabila kita
perlu untuk mengetahui dan mengenal terlebih dahulu apa dan bagaimanakah
kebakaran itu. Setelah itu maka kita akan menyadari bahwa peristiwa/masalah
kebakaran sesungguhnya merupakan masalah yang menjadi ancaman bagi semua orang,
baik disadari ataupun tidak.
KIMIA
API
Kita
semua tahu bahwa untuk dapat menghadapi dan mengalahkan musuh, kita harus tahu
segala hal tentang musuh kita kekuatan, kelemahan, strategi perang, dan
lainnya. Memiliki gambaran tentang kemungkinan aksi yang akan dilakukan oleh
musuh, membuat kita dapat membuat rencana untuk menga-tasi aksi tersebut, dan
lebih baik lagi melakukan pencegahan agar aksi tersebut tidak dapat berjalan.
Demikian juga apabila kita mengahadapi masalah kebakaran, kita harus tahu
tentang bagaimanakah api dapat terjadi, bagaimana api dapat menyebar, apa yang
dapat menimbulkan api, bagaimana mencegah api timbul, dan banyak lagi, sehingga
kita siap menghadapi musuh kita semua, yaitu kebakaran.
A.
PEMBAKARAN
Pembakaran
dan api adalah dua kata yang akan selalu berhubungan dan dalam ilmu kebakaran
dua kata tersebut sudah menjadi tak terpisahkan.
Pembakaran/api
adalah peristiwa proses reaksi oksidasi cepat yang biasanya menghasilkan panas
dan cahaya (energi panas dan energi cahaya).
Selanjutnya
apakah reaksi oksidasi itu?; Dalam konteks masalah kebakaran dapat dikatakan
bahwa reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan unsur oksigen oleh
reduktor/pereduksi (bahan bakar). Sedang dalam konteks lebih luas, dalam ilmu
kimia, reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pemberian elektron oleh oksidator/pengoksidasi
kepada reduktor/pereduksi.
B. NYALA
API
Selama
ini api, umumnya, selalu identik dengan nyala api, sesungguhnya ini adalah
salah satu dari bentuk api. Nyala api sesung-guhnya adalah gas hasil reaksi
dengan panas dan cahaya yang ditimbulkannya. Warna dari nyala api ditentukan
oleh bahan-bahan yang bereaksi (terbakar). Warna yang dihasilkan oleh gas
hidrokarbon, yang bereaksi sempurna dengan udara (oksigen) adalah biru terang.
Nyala api akan lebih mudah terlihat ketika karbon dan padatan lainnya atau
liquid produk antara dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna naik dan
berpijar akibat temperatur dengan warna merah, jingga, kuning, atau putih,
tergantung dari tem-peraturnya.
C. BARA
API
Bara api
memiliki cirri khas yaitu tidak terlihatnya nyala api, akan tetapi adanya
bahan-bahan yang sangat panas pada permukaan dimana pembakaran terjadi. Contoh
yang baik untuk bara api adalah batu bara. Warna dari bara api pada permukaan
benda berhubungan dengan temperaturnya. Beberapa warna yang terlihat dan
tempe-raturnya ditampilkan seperti di tabel 1.
D.
SEGITIGA API
Dari
bahasan sebelumnya kita telah tahu bahwa pembakaran/api adalah suatu reaksi
oksidasi, jadi harus ada oksidator/pengoksidasi dan reduktor/ pereduksi/bahan
yang dioksidasi. Dari sini kita telah men-dapatkan dua komponen
peristiwa/reaksi pembakaran/api, yaitu oksidator yaitu oksigen dan reduktor di
sini adalah bahan bakar. Lalu selain itu apa lagi? Dalam kehidupan sehari-hari
kita mengetahui bahwa suatu benda yang dapat terbakar (bahan bakar) dalam
kondisi normal tidaklah terbakar, baru apabila kita panaskan untuk beerapa lama
dia akan dapat terbakar. Ini juga berarti kita telah mendapatkan satu lagi
komponen pembakaran/api, dari apa yang sudah umum kita ketahui.
E.
OKSIGEN
Pada
sisi pertama dari segitiga adalah oksigen. Oksigen adalah gas yang tidak dapat
terbakar (nonflam-meable gas) dan juga merupakan satu kebutuhan untuk kehidupan
yang sangat mendasar. Di atas permukaan laut, atmosfir kita me-miliki oksigen
dengan konsentrasi sekitar 21%. Sedang untuk ter-jadinya pembakaran/api oksigen
dibutuhkan minimal 16%. Kembali lagi, oksigen itu sendiri tidak terbakar, ia
hanya mendukung proses pembakaran.
F. PANAS
Sisi
kedua adalah panas. Panas adalah suatu bentuk energi yang dibutuhkan untuk
meningkatkan temperatur suatu benda/ bahan bakar sampai ketitik dimana jumlah
uap bahan bakar tersebut tersedia dalam jumlah cukup untuk dapat terjadi
penyalaan.
a.
Sumber-sumber Panas
Sumber-sumber
panas/energi panas sangatlah beragam, dapat disebutkan disini adalah:
1. Arus
listrik
2. Kerja
mekanik
3.
Reaksi kimia
4.
Reaksi nuklir
5.
Radiasi matahari
b.
Cara-cara Perpindahan Panas
Panas
dapat berpindah dan dalam suatu kejadian kebakaran perpindahan panas ini harus
mendapat perhatian yang besar, karena apabila perpindahan panas tidak
terkontrol akan dapat mengakibatkan kebakaran meluas dan atau mengakibatkan
kebakaran lain.
Perpindahan
panas ini dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu: konduksi, konveksi dan
radiasi; dan khusus dalam masalah kebakaran ada juga yang disnyulutan langsung.
1.
Konduksi
Konduksi
adalah perpindahan panas yang terjadi secara molekuler, jadi panas berpindah di
dalam suatu bahan penghantar (konduktor) dari satu titik ketitik lain yang
memiliki temperatur lebih rendah. Sebagai gambaran adalah apabila kita
memanaskan salah satu ujung sebuah tongkat besi maka lambat laun panas akan
berpindah keujung lainnya, sedangkan tongkat tersebut tidak berubah bentuk.
2.
Konveksi
Konveksi
adalah perpindahan panas yang berhubungan dengan bahan fluida atau bahan yang
dapat mengalir dalam bentuk gas atau cairan. Pada konveksi panas berpindah
dengan berpindahnya bahan penghantar, atau lebih tepat bahan pembawa panas
tersebut. Sebagai gambaran adalah apabila terjadi kebakaran di lantai bawah
sebuah bangunan bertingkat, maka panas akan dibawa oleh asap atau gas hasil
pembakaran yang panas ke lantai di atasnya.
3.
Radiasi
Perpindahan
panas dengan cara radiasi tidak membutuhkan suatu bahan penghantar seperti pada
dua perpindahan panas sebe-lumnya. Pada radiasi panas berpindah secara
memancar, jadi panas dipancarkan segala arah dari suatu sumber panas. Sebagai
contohnya adalah radiasi sinar matahari, yang kita semua tahu bahwa dari jarak
yang jutaan kilometer melalui ruang kosong di antariksa panas matahari dapat
sampai ke bumi.
TETRAHEDRON
API
Pada
perkembangan selanjutnya,ditemukan bahwa selain ketiga komponen seperti yang
dimaksud dalam segitiga api ada lagi komponen keempat dalam proses pembakaran
yang dibutuhkan oleh proses pembakaran untuk mendukung kesinambungannya dan
juga untuk bertambah besar, yaitu rantai reaksi kimia antara bahan bakar dengan
bahan pengoksidasi/oksidator. Seiring dengan menyalanya api, molekul bahan
bakar juga berkurang berubah menjadi molekul yang lebih sederhana. Dengan
berlanjutnya proses pembakaran, naiknya temperatur menyebabkan oksigen tambahan
terserap ke area nyala api. Lebih banyak molekul bahan bakar akan terpecah,
bergabung ke rantai reaksi, mencapai titik nyalanya, mulai menyala, menyebabkan
naiknya temperatur, menyeap oksigen tambahan, dan melanjutkan rantai reaksi.
Proses rantai reaksi ini akan berlanjut sampai seluruh substansi/bahan yang
terkait mencapai area yang lebih dingin dinyala api. Selama tersedia bahan
bakar dan oksigen dalam jumlah yang cukup, dan selama temperatur
mendukung,reaksi rantai akan meningkatkan reaksi pembakaran. Sehingga dengan
demikian segitiga api tadi dengan adanya faktor rantai reaksi kimia, yang juga
termasuk komponen pembakaran, berubah menjadi satu bangun tiga dimensi segitiga
piramida (tetrahedron).
TAHAPAN
KEBAKARAN DALAM RUANGAN
Pada
umumnya kebakaran dalam ruangan dengan terbagi dalam tiga tahapan.
Masing-masing tahapan memiliki ciri-ciri karaktersitik dan efeknya berhubungan
dengan bahan yang terbakar yang berbeda-beda. Lama dari masing-masing tahapan
bervariasi tergantung keadaan dari penyulutan, bahan bakar, dan ventilasi, akan
tetapi secara keseluruhan tahapannya adalah kebakaran awal kebakaran bebas
kebakaran menyurut.
Letusan
Gunung Api
Letusan
gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah "ERUPSI". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan
zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng.Pada batas lempeng
inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu
melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (MAGMA). Magma akan
mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati
permukaan bumi.
Bahaya
Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya,
yaitu
1.
Bahaya Utama (Primer)
a. Awan
Panas
b.
Lontaran Material (pijar)
c. Hujan
Abu lebat
d. Lava
e. Gas
Racun
f.
Tsunami
2.
Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya
ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan
berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material
dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan
tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan
lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.
Persiapan
Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi
1.
Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
2.
Membuat perencanaan penanganan bencana.
3.
Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
4.
Mempersiapkan kebutuhan dasar
Jika
Terjadi Letusan Gunung Berapi
1.
Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran
lahar.
2.
Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan
diri untuk kemungkinan bencana susulan.
3.
Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana
panjang, topi dan lainnya.
4.
Jangan memakai lensa kontak.
5. Pakai
masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
6. Saat
turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
Setelah
Terjadi Letusan Gunung Berapi
1. Jauhi
wilayah yang terkena hujan abu
2.
Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan.
3.
Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak
mesin
Penyebab
Terjadinya Gempa Bumi
1.
Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
2.
Aktivitas sesar di permukaan bumi
3.
Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah
4.
Aktivitas gunung api
5.
Ledakan nuklir
Tips
Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi
Jika
gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat
dijadikan pegangan di manapun anda berada.
a. Di
dalam rumah
Getaran
akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan
keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah kebawah meja untuk melindungi
tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala
anda dengan bantal. Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera
untuk mencegah terjadinya kebakaran.
b. Di
sekolah
Berlindunglah
di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika
gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu,
carilah tempat lapang, jangan berdiridekat gedung, tiang dan pohon.
c. Di
luar rumah
Lindungi
kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau
kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan
reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang
anda bawa.
d. Di
gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall
Jangan
menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari
petugas atau satpam.
e. Di
dalam lift
Jangan
menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan
getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol.
Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda
terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika
tersedia.
f. Di
kereta api
Berpeganganlah
dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta
dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari
petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun
akan mengakibatkan kepanikan.
g. Di
dalam mobil
Saat
terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul.
Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi
persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti
instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil,
biarkan mobil tak terkunci.
h. Di
gunung/pantai
Ada
kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat
aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan
getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang
tinggi.
i. Beri
pertolongan
Sudah
dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar.
Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang
ke tempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang
yang berada disekitar anda.
j.
Dengarkan informasi
Saat
gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untukmencegah
kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai
dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yag benar dari
pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang
tidak jelas.
KRIDA
NAVIGASI DARAT
Navigasi
darat merupakan teknik menentukan posisi dan arah lintasan di peta maupun pada
medan sebenarnya (khususnya di daratan). Keahlian ini sangat mutlak dimiliki
oleh penggemar kegiatan alam terbuka karena akanmemudahkan perjalanan kita ke
daerah yang khususnya belum kita kenal sama sekali Disamping itu, keahlian ini
sangat berguna dalam usaha pencarian korban kecelakaan tersesat atau bencana
alam Untuk itu dibutuhkan pemahaman kompas dan peta serta teknik penggunaannya.
A. Peta
HAKEKAT
PETA
Peta
adalah gambaran permukaan bumi diatas bidang datar dalam ukuran diperkecil yang
kebenaranya dapat dipertanggung jawabkan secara visual atau matematis yang
menyajikan informasi tentang bumi.
MACAM
PETA
Secara
menyeluruh peta dapat digolongkan berdasarkan skala/kedar tujuan penggunaan
cakupan daerah proyeksi gambar tanda dan simbol peta kecocokan informasi
tingkat ketelitian survei proses terjadinya dan isi/ informasinya.
Dari
sudut pandang isi/informasi yang dimuat suatu peta terdapat 2
jenis
peta berdasar golongan ini, yakni :
1. Peta
Topografi
Topografi
merupakan gabungan kata topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti
menggambar yang berasal dari bahasa yunani kuno Jadi peta topografi berarti
peta yang menggambarkan posisi mendatar dan posisi tegak dari semua benda yang
membentuk atau berada di permukaan bumi. Isinya terdiri dari 4 ciri, yakni :
relief (ketinggian), perairan (seperti Sungai danau), Tumbuhan ( Hutan ,semak,
kelapa) dan hasil budaya manusia (jalan raya, bangunan, jembatan). Peta ini
biasa disebut peta umum karena isinya yang lebih lengkap.
KETERANGAN
TEPI PETA
1. Judul
peta pada margin atas tengah, yang di ambil dari salah satu nama Geografi atau
tempat yeng terbesar/terkenal dari daerah pada peta tersebut.
2. Nama
daerah yang dipetakan pada margin atas kiri , yang diambil dari nama daerah
tingkat I (tergantung pada versi peta)
3. Nomor
helai peta pada margin atas kanan.
4.
Petujuk letak peta pada margin bawah kiri, yang menunjukan letak peta tersebut
dari peta keseluruhan
5.
Pembagian daerah pada mergin bawah kanan yang menjelaskan pembagian daerah dari
propinsi hingga kecamatan.
6. Utara
pada margin bawah kiri , yang menunjukan utara peta, utara megnetis, serta
utara sebenarnya.
7.
Legenda pada margin bawah tengah yang menyajikan keterangan/penjeklasan arti
simbol yang ada.
ARAH
PETA
Untuk
mengetahui arah peta yang perlu diperhatikan adalah arah utara peta dengan cara
memperhatikan arah huruf-huruf tulisan pada peta yang juga berarti arah utara
peta. Pada tanda-tanda peta juga terdapat penunjuk arah utara peta, utara
sebenarnya serta utara magnetis
1. Utara
sebenarnya (US) adalah arah ke kutub utara bumi yang dilalui oleh garis
bujur/meridian.
2. Utara
magnetis (UM) adalah arah kekutub utara megnet yang ditunjukan oleh jarum
kompas
3. Utara
Grid (UG/UP) adalah garis utara yang ditunjukan oleh garis vertikal pada peta
yang juga disebut Utara Peta.
Karena
pengaruh rotasi bumi, letak kutub megnetis bergeser dari
tahun ke
tahun yang menyebabkan terjadinya variasi magnetis. Untuk tujuan praktis
variasi magnetis dan iktilaf (Penyimpangan arah utara) dapat kita abaikan.
Tetapi untuk kepentingan yang membutuhkan ketelitian yang tinggi, kondisi
diatas harus ikut kita perhitungkan juga.
1.
Iktilaf Peta adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara peta, yang
terjadi karena perataan jarak paralel geris bujur peta bumi menjadi garis
koordinat vertikal yang di gambarkanpada peta, atau sudut antara US dan UP.
2.
Iktilaf Magnetis adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara megnetis.
IM kebarat apabila ujung jarum kompas ada di sebelah barat US Sebaliknya IM
ketimur apabila ujung jarum kompas ada di sebelah timur US
3.
Iktilaf Peta-Magnetis, adalah beda sudut utara peta dengan utara magnetis
4.
Variasi Magnetis, adalah perubahan/ pergeseran sudut utara megnetis dari waktu
ke waktu. Pergeseran positif menunjukan pergeseran kearah timur sedang negatif
berarti pergeseran kearah barat.
SKALA
Skala
atau kedar adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak mendatar di medan.
Terdapat 2 jenis skala pada peta, yakni skala angka dan skala garis. Untuk
skala angka, perbandinagan langsung ditunjukan dalam satuan yang sama (cm)
sedang pada skala garis terdapat beberapa ruas garis yang masing-masing
menunjukan jarak tertentu (km).
JARAK DI
PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Misalnya
Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
KONTUR
Adalah
garis khayal diatas permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik yang
tingginya sama. Sifat dari kontur adalah :
1.
Pebedaan tinggi antara 2 kontur adalah setengah dari angka ribuan pada skala
yang dinyatakan dalam satuan meter.
2.
Kontur yang rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali pada
kawah/depresi
3. Antar
kontur tidak akan saling berpotongan
4. Kontur
yang menjorok kedalam merupakan lembahan dan bisa terdapat sungai
5.
Kontur yang menjorok keluar merupakan punggungan.
6.
Kontur terputus-putus menyatakan ketinggian setengah atau lebih dari perbedaan
tinggi antara 2 buah kontur berurut.
7. Makin
rapat kontur menunjukan daerah yang makin terjal/curam.
MENGENAL
TANDA MEDAN
Disamping
legenda sebagai pengenal tanda medan, bentukan-bentukan alam yang cukup
mencolok dan mudah dikenali dapat kita pergunakan juga sebagai tanda medan.
Tanda medan harus kita ketahui dan kita cocokan pada peta sebelum kita memulai
pengembaraan.Tanda Medan yang cukup mudah untuh di amati dapat berupa :
1.
Puncakan gunung atau bukit dan bentukan-bentukan tonjolan lain yang cukup
ekstrim,
2.
Punggungan merupakan rangkaian kontur yang menyerupai huruf
3.
Menjorok menjauhi puncak
4.
Lembahan merupakan rangkaian kontur yang menyerupai huruf V menjorok mendekati
puncak.
5.
Saddle, daerah pertemuan 2 ketinggian
6.
Belokan kujalan sungai jembatan ujung jalan
7. Garis
batas pantai muara sungai, tanjung, dan teluk yang mudah kita kenali
2. Peta
Tematik
Peta
tematik adalah peta yang menyajikan unsur-unsur tertentu dari permukaan bumi
sesuai dengan topik atau tema dari peta bersangkutan. Umumnya peta ini
digunakan sebagai data analisis dari beberapa unsur permukaan bumi didalam
pengambilan suatu keputusan untuk pembangunan.
B.
Kompas
Kompas
adalah alat penunjuk arah, yakni arah utara maknetis bumi yang disebabkan oleh
sifat kemagnetisannya karena sifat ini maka jauhkan kompas terutama pada saat
mempergunakannya dari pengaruh benda=benda yang terbuat dari baja atau besi,
karena akan menyebabkan penunjuk yang salah pada jarumnya.
Bagian-bagian
Kompas :
1.
Badan, tempat komponen lain berada dan terlindungi
2.
Jarum, yang selalu menunjukan arah utara magnetis bumi
3. Skala
penunjuk, Menunjukan Pembagian derajat/mil sebagai sistem satuan arah mata
angin.
Jenis
Kompas
Terdapat
banyak jenis kompas yang ada yang dapat kita pergunakan dalam perjalanan secara
garis besarnya dapat kita bedakan sebagai berikut :
1.
Kompas orienterring untuk tujuan praktis tetapi mempunyai akurasi yang kurang
baik. Sering disebut sebagai kompas Silva (nama merk)
2.
Kompas bidik membutuhkan peralatan navigasi lain untuk kelengkapanya, tetapi
akurasinya sangat tinggi. Kompas bidik ini dapat kita bedakan berdasar kaca
pembacanya : kompas lensa, kompas Prismatik, kompas Optik .
CARA
PEMAKAIN KOMPAS
Dalam
pemakainya, usahakan dalam keadaan Horisontal dengan arah garis utara megnetis
bumi. Hindarkan bende-benda yang terbuat dari besi/baja agar tidak terjadi
penyimpangan dalam penunjukan jarum kompas.
BUSUR
DERAJAT ATAU PROTAKTOR
Busur
derajat atau protaktor terdapat beberapa bentuk derajat yang dapat kita gunakan
yakni lingkaran setengah lingkaran segi empat dari bujur sangkar, tetapi untuk
kepraktisan dan kelengkapannya, protaktor lebih menjanjikan, karena disamping
pembagian arah mata angin dalam derajat dan mil juga tersedia skala pengukuran
panjang dan tali pusat untuk memperpanjang pengikiran dan pempermudah perhitungan
azimuth dan back azimuth.
AZIMUTH
DAN BACK AZIMUTH
Azimuth
adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth
disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan
memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth.
Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan
cara:
1. Jika
azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth
dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back
azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
2. Jika
azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º
ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh
azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan
mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan
ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain
itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut
kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya
membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke
depan dan ke belakang pada jarak tertentu.Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Titik
awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung
sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik
akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
2.
Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan
tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
3.
Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan
lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
4. Pergi
ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi,
untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back
azimuth).
5.
Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan
sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda.
Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.
ORIENTASI
PETA
Orientasi
peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya. Untuk keperluan
ini kita perlu mengetahui tanda-tanda medan yang ada di lokasi dan mencocokanya
dengan kontur yang ada di peta. Untuk keperluan praktis utara kompas (magnetis)
dapat kita anggap sejajar dengan utara sebenarnya tanpa memperhitungkan
deklinasinya.Langkah-langkah orientasi pada peta :
1. Cari
tempat yang terbuka untuk melihat tanda-tanda medan yang mencolok (dapat
dikenali)
2.
Letakan peta pada bidang datar
3.
Samakan utara peta dengan utara kompas, sehingga peta sesuai dengan bentang
alam yang ada.
4. Cari
tanda-tanda medan dilokasi dan himpitkan dengan tanda medan yang ada di peta
(seperti jalan raya, sungai,dll)
E.
Resection
Digunakan
untuk mengetahui posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda
medan yang kita kenal. Langkah-langkah resection :
1.
Lakukan orientasi peta
2.
Tentukan minimal dua tanda medan dilapangan dan kita ukur azimut dan back
azimutnya. Sudut antara tempat kita dengan dua tanda medan tersebut minimal 30
derajat maksimal 150 derajat
3. Tarik
garis back azimut dari kedua titik medan itu sehingga terjadi perpotongan
antara keduanya.
4.
Perpotongan tersebut adalah kedudukan kita di peta.
KRIDA
MOUNTAINEERING
Secara
bahasa arti kata Mountaineering adalah teknik mendaki gunung. Ruang lingkup
kegiatan Mountaineering sendiri meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Hill Walking/Hiking
Hill
walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking adalah sebuah kegiatan mendaki
daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu
tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking
tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media
utamanya. Tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah (di
kepramukaan dikenal dengan nama stock atau tongkat pandu) sebagai alat bantu.
Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
Level
berikutnya dalam mountaineering adalah scrambling. Dalam pelaksanaannya,
scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi
pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim
(kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama
maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang
atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan
ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari
pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin
pergerakan naik dan keseimbangan tubuh.
Berbeda
dengan hiking dan scrambling, level mountaineering yang paling ekstrim adalah
climbing! Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali
panjat, harness, figure of eight, saling, dan sederetan peralatan
mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan
jelajah climbing yang sangat ekstrim. Bayangkan saja, kegiatan climbing ini
menggunakan wahana tebing batu yang kemiringannya lebih dari 80 derajat!.
Peralatan
dasar kegiatan alam bebas seperti ransel, vedples (botol air), sepatu gunung,
pakaian gunung, tenda, misting (rantang masak outdoor), kompor lapangan, topi
rimba, peta, kompas, altimeter, pisau, korek, senter, alat tulis, dan matras
mutlak dibutuhkan selain alat bantu khusus mountaineering seperti tali
houserlite/kernmantel, karabiner, figure of eight, sling, prusik, bolt,
webbing, harness, dan alat bantu khusus lainnya yang dibutuhkan sesuai level
kegiatannya.
2. Wall
Climbing
Climbing
adalah olah raga panjat yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing. Tebing
atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing
terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai,
pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang
yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca.Di dalam arti yang sebenarnya memang
climbing itu panjat tebing. Tetapi banyak pula orang mengartikan bukan hanya
panjat saja dalam kegiatan climbing ini melainkan juga Repling (turun tebing),
Pursiking (naik tebing dengan menggunakan tali pursik) dan lain-lain.
3. Rock
Climbing
Rock
Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan
kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan
kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan
dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat
panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang
benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.
4. Ice
and Snow Climbing
Ice and
Snow Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan
kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan
kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan
dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat
panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang
benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.
ALAT
CLIMBING
1. Tali
Pendakian
Fungsi
utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan
jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan
yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam
pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer
masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm,
tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua
macam tali pendakian yaitu :
1.
Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali
static digunakan untuk rappelling.
2.
Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat
maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna
mencolok (merah, jingga, ungu).
2.
Carabiner
Adalah
sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang
berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :
1.
Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
2.
Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
3. Sling
Sling
biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling
antara lain :
1.
sebagai penghubung
2.
membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
3.
Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
4.
Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4.
Descender
Sebuah
alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan,
sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau
rappelling.
5.
Ascender
Berbentuk
semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila
dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
6.
Harnes / Tali Tubuh
Alat
pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :
1. Seat
Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
2. Body
Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes
ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit
oleh pabrik.
7.
Sepatu
Ada dua
jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
1.
Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat.
Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
2.
Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok
digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya
tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8.
Anchor (Jangkar)
Alat
yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor,
sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor,
yaitu :
1.
Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing,
tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
2.
Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada
tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.
KRIDA
PIONEERING
Bidang
Tali Temali
Dalam
tali temali kita sering mencampuradukkan antara tali, simpul dan ikatan. Hal
ini sebenarnya berbeda sama sekali. Tali adalah bendanya. Simpul adalah hubungan
antara tali dengan tali. Ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda
lainnya, misal kayu, balok, bambu dan sebagainya.
Macam
simpul dan kegunaannya
1.
Simpul ujung tali
Gunanya
agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah lepas
2.
Simpul mati
Gunanya
untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar dan tidak licin
3.
Simpul anyam
Gunanya
untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan kering
4.
Simpul anyam berganda
Gunanya
untuk menyambung 2 utas tali yang tidak sama besarnya dan dalam keadaan basah
5.
Simpul erat
Gunanya
untuk memendekkan tali tanpa pemotongan
6.
Simpul kembar
Gunanya
untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya dan dalam keadaan licin
7.
Simpul kursi
Gunanya
untuk mengangkat atau menurunkan benda atau orang pingsan
8.
Simpul penarik
Gunanya
untuk menarik benda yang cukup besar
9.
Simpul laso
Untuk
gambar macam-macam simpul dapat dilihat di bawah ini
Simpul Ujung Tali dan Simpul Mati
|
Macam - Macam Simpul
|
Macam-macam
Ikatan dan Kegunaannya :
1.
Ikatan pangkal
Gunanya
untuk mengikatkan tali pada kayu atau tiang, akan tetapi ikatan pangkal ini
dapat juga digunakan untuk memulai suatu ikatan.
2.
Ikatan tiang
Gunanya
untuk mengikat sesuatu sehingga yang diikat masih dapat bergerak leluasa misalnya
untuk mengikat leher binatang supaya tidak tercekik.
3.
Ikatan jangkar
Gunanya
untuk mengikat jangkar atau benda lainnya yang berbentuk ring.
4.
Ikatan tambat
Gunanya
untuk menambatkan tali pada sesuatu tiang/kayu dengan erat, akan tetapi mudah
untuk melepaskannya kembali. Ikatan tambat ini juga dipergunakan untuk menyeret
balik dan bahkan ada juga dipergunakan untuk memulai suatu ikatan.
5.
Ikatan tarik
Gunanya
untuk menambatkan tali pengikat binatang pada suatu tiang, kemudian mudah untuk
membukanya kembali. Dapat juga untuk turun ke jurang atau pohon.
6.
Ikatan turki
Gunanya
untuk mengikat sapu lidi setangan leher
7.
Ikatan palang
8.
Ikatan canggah
9.
Ikatan silang
10.
Ikatan khaki tiga
Untuk
gambar macam-macam ikatan dapat dilihat di bawah ini.
Ikatan Pangkal dan Ikatan Tiang
|
Macam-macam Ikatan
|
KRIDA
SURVIVAL
Dalam
melakukan perjalanan di Alam terbuka, seorang Petualang perlu membekali diri dengan
pengetahuan SURVIVAL. Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu
mempertahankan diri dari keadaan tertentu .dalam hal ini mampu mempertahankan
diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Survivor adalah orang yang sedang
mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.
Mengapa Ada Survival
?
Timbulnya
kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang
dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain : Keadaan alam (cuaca dan medan),
Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan), Keadaan diri
sendiri (mental, fisik, dan kesehatan), Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb
biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Dalam
keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan
atau tidak., antara lain : mental ,kurang lebih 80% kesiapan kita dalm survival
terletak dari kesiapan mental kita. Timbulnya kebutuhan survival karena adanya
usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan
tsb antara lain :
a.
Keadaan alam (cuaca dan medan)
b.
Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
c.
Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya
kesulitan-kesulitan tersebut biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita
sendiri
Definisi Survival
Arti
survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini
hanyalah menurut versi pencinta alam.
S
: Size up the situation
U : Undue haste makes waste R : Remember where you are V : Vanguish fear and panic I : Improve V : Value living A : Act like the native L : Learn basic skill |
S
: Sadar dalam keadaan gawat darurat
U
: Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R
: Rasa takut dan putus asa hilangkan
V
: Vitalitas tingkatkan
I
: Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V
: Variasi alam bisa dimanfaatkan
A
: Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L
: Lancar, slaman, slumun, slamet
|
Jika
anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tsb, agar
dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda
tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
S : Stop
& seating / berhenti dan duduklah
T :
Thingking / berpikirlah
O :
Observe / amati keadaan sekitar
P :
Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan
survival
Yang
harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap
mental
a.
Semangat untuk tetap hidup
b.
Kepercayaan diri
c. Akal
sehat
d.
Disiplin dan rencana matang
e.
Kemampuan belajar dari pengalaman
2.
Kondisi yang fit dan kuat
3.
Pengetahuan
a. Cara
membuat bivak
b. Cara
memperoleh air
c. Cara
mendapatkan makanan
d. Cara
membuat api
e.
Pengetahuan orientasi medan
f. Cara
mengatasi gangguan binatang
g. Cara
mencari pertolongan
4.
Pengalaman dan latihan
a.
Latihan mengidentifikasikan tanaman
b.
Latihan membuat trap, dll
5.
Peralatan
a. Kotak
survival
b. Pisau
jungle , dll
6.
Kemauan belajar
Langkah
yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
a.
Mengkoordinasi anggota
b.
Melakukan pertolongan pertama
c.
Melihat kemampuan anggota
d.
Mengadakan orientasi medan
e.
Mengadakan penjatahan makanan
f.
Membuat rencana dan pembagian tugas
g.
Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
h.
Membuat jejak dan perhatian
i.
Mendapatkan pertolongan
7. Perlengkapan
survival kit
Survival
kit ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan,
antara lain :
a.
Perlengkapan memancing
b.
Pisau
c. Tali
kecil
d.
Senter
e.
Cermin suryakanta, cermin kecil
f.
Peluit
g. Korek
api yang disimpan dalam tempat kedap air
h.
Tablet garam, norit
i.
Obat-obatan pribadi
j. Jarum
+ benang + peniti
k.
dll
KRIDA
DALAM SAKA WIRA KARTIKA
Saka Wira Kartika
Lambang Saka Wira Kartika
|
Berdasarkan
Peraturan bersama Kasad dengan Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka nomor 182/X/2007
dan 199 tahun 2007 tanggal 28 Oktober 2007 tentang kerjasama dalam usaha
pembina dan pengembangan pendidikan bela negara dan kepramukaan serta Sprint
Kasad dan SK Kwarda Jateng, maka secara resmi Pimpinan Satuan Karya Pramuka
Wira Kartika Jawa Tengah dikukuhkan.
Para
Pimpinan Saka yang berupaya dan kerkewajiban merintis berdirinya Saka di Jawa
Tengah itu, telah memperkenalkan bendera Satuan Karya Wira Kartika dengan warna
dasar hijau tua, seperti tampak pada gambar, juga badge Saka maupun Tanda
Jabatan.
Pengorganisasian
Saka binaan TNI-AD ini, tidaklah jauh berbeda dengan Satuan Karya pada umumnya.
Namun Demikian Saka Wira Kartika ini memiliki Program Pendidikan yang dibentuk
dalam Satuan Krida antara Lain :
1. Krida
Survival
2. Krida
Pioneer
3. Krida
Mountainering
4. Krida
Navigasi Darat
5. Krida
Penanggulangan bencana alam
Tiap
Krida memiliki Spesifikasi materi pendidikan yang berbeda dengan krida lainnya.
TUJUAN
SAKA WIRA KARTIKA
Tujuan
pembentukan Saka Wira Kartika adalah memberikan pengetahuan tentang pertahanan,
keamanan dan juga bela negara kepada generasi muda, khususnya yang tergabung
dalam Gerakan Pramuka.
Arti
Dan Lambang Saka Wira Kartika
A. Bentuk.
Lambang Saka Wira
Kartika berbentuk segilima beraturan, yaitu lima sisinya sama panjang
B. Isi :
1. Lambang Eka Paksi.
2. 2 buah Tunas Kelapa
Gerakan Pramuka.
3. 2 buah batang padi
yang menguning.
4. Untaian pita
bertuliskan Saka Wira Kartika.B. Isi.
C.
Warna dan arti.
1. Warna dasar Merah Putih melambangkan bendera
kebangsaan Republik Indonesia.
2. Lambang Kartika Eka Paksi. Terdiri atas kata
“ Eka “ berarti Bintang. “ Eka “ berarti satu, dan “ Paksi “ berarti burung. Di
atas burung terdapat Bintang Emas yang melambangkan kemenangan yang gemilang.
Di dada Burung terdapat warna Merah Putih dan yang melambangkan kesucian dan
keberanian. Sehingga keseluruhan melambangkan keperkasaan tanpa tanding dalam
menjujung tinggi cita-cita luhur bangsa Indonesia.
3. Tunas Kelapa Gerakan Pramuka. Melambangkan
bahwa setiap anggota Gerakan Pramuka hendaknya serbaguna. Seperti kegunaan
seluruh bagian pohon kelapa.
4. 2 Tangkai padi yang menguning. Melambangkan
kemakmuran dan kesejahteraan.
5. Segilima, Melambangkan Dasar Negara Republik
Indonesia, yakni Pancasila.
6. Garis tepi warna kuning, melambangkan jiwa
Pramuka yang kesatria.
7. Untaian pita berwarna merah dengan tulisan
Saka Wira Kartika berwarna hitam :
a. Warna Pita merah melambangkan keberanian.
b. Warna tulisan hitam melambangkan ketegasan.
8. Tulisan Saka Wira Kartika :
a. Saka ( Satuan Karya Pramuka ) adalah wadah
pendidikan guna menyakurkan minat, mengembangkan bakat, dan pengalaman para
Pramuka dalam berbagai bidang Ilmu pengetahuan dan tehnologi.
b. Wira adalah kesatria muda yang terampil,
tangkas dan cerdas.
c. Kartika adalah Bintang yang tinggi,
melambangkan cita-cita yang tinggi dan berbudi luhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar